PERINGATAN !
Kalau mau membaca tulisan ini
terlebih dahulu pembaca
terlebih dahulu pembaca
dituntut ketulusan hati dan
pikiran yang netral.
Tulisan ini bukan
pelajaran Agama !
pelajaran Agama !
Jika membaca dengan cermat maka kita akan
sadar bahwa Al Quran secara tersamar
membenarkan peristiwa penyaliban
terhadap nabi pembawa Injil yang
telah terjadi sebelum Al Quran diturunkan!
Sekalipun oknum nabi
pembawa Injil
tidak disalibkan,
jadi apa untungnya
bagi orang
Mu’min / Islam ?
Bukti bahwa Al Quran adalah
“kitab yang sempurna”.
Sebab setiap pembaca Al Quran dapat
menghasilkan “kesempurnaan”
dalam hal untuk memilih
percaya ataupun menyangkal tentang
kisah peristiwa penyaliban dimasa lalu.
Oleh karena itu Al Quran disebut kitab yang “Hak” dari Allah untuk
diberikan “hak
kebebasan” memilih bagi manusia tanpa
paksaan,
sehingga "sempurna" apapun pilihan pribadinya !
sehingga "sempurna" apapun pilihan pribadinya !
.Coba kita teliti kembali ayat tentang penyaliban Nabi Isa
di Q.4 :156 dan Q.4 : 157.
Al Quran
Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina),
(tanda koma pada ayat ini / 156 adalah indikasi masih adanya hubungan dengan ayat selanjutnya. oleh karena itu ayat selanjutnya /157, diawali dengan huruf kecil ).
(tanda koma pada ayat ini / 156 adalah indikasi masih adanya hubungan dengan ayat selanjutnya. oleh karena itu ayat selanjutnya /157, diawali dengan huruf kecil ).
Ket:
1 - Jelas kalau kita perhatikan di ayat tersebut Q.4:156, bahwa “mereka” adalah orang yang kafir terhadap Isa ! Dengan kata lain kafir terhadap Anak Maryam yang sesungguhnya yang bernama Yesus Kristus !
2 - Jadi siapa yang terbilang kafir terhadap Isa di zaman itu (era Al Quran diturunkan) ?
Yang pasti bukan kaum Nasrani maupun Muslim !
Oleh karena yang dimaksud orang kafir dalam ayat tersebut (Q.4:156) bukan orang Mu'min dan juga bukan orang Nasrani, maka bisa disimpulkan bahwa yang kafir adalah mayoritas orang-orang keturunan Yahudi dan termasuk siapa saja tanpa terkecuali yang
ikut menolak / menyangkal nabi pembawa Injil yang tidak lain
adalah menyangkal Yesus Kristus di zaman itu !
(Sebab 600 tahun sebelum ayat ini / Qur'an diturunkan, nama Yesus sudah terlebih dahulu dikenal tertulis di Injil Kristus)
2a- Yang paling utama harus kita mengerti makna yang ada di ayat 156 yaitu untuk menekankan bagi pembaca Al Quran bahwa
orang Mu'min (orang yang masih "berpikiran netral") dan orang Nasrani (sekarang disebut Kristen) pada dasarnya (fitrah diri) tidak'lah kafir seperti mereka sejak dizaman itu bahkan sampai pada hari ini !
orang Mu'min (orang yang masih "berpikiran netral") dan orang Nasrani (sekarang disebut Kristen) pada dasarnya (fitrah diri) tidak'lah kafir seperti mereka sejak dizaman itu bahkan sampai pada hari ini !
Oleh karena itu penjelasan di ayat 156 supaya kita tanggap akan makna dari isi ayat selanjutnya 157 agar semua orang di dunia sampai dengan hari ini selalu waspada akan "ucapan mereka yang kafir" terhadap nabi pembawa Injil !
Jadi kalau diperhatikan ayat 157 sudah ditekankan dengan kesimpulan bahwa:
“padahal ucapan diserupakan dengan Isa” hanya bagi mereka, jadi bukan bagi Allah Yang Maha Tahu !
Jadi kalau diperhatikan ayat 157 sudah ditekankan dengan kesimpulan bahwa:
“padahal ucapan diserupakan dengan Isa” hanya bagi mereka, jadi bukan bagi Allah Yang Maha Tahu !
3 - Coba kita lanjutkan ayat berikutnya dengan indikasi di ayat 157, bahwa “mereka” adalah keturunan Yahudi dizaman itu (mayoritas orang-orang yang kafir terhadap nabi pembawa Injil) !
.
.
Al Quran surat 4.AN NISAA’ ayat 157:
dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka (orang kafir) tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi ( yang mereka / orang kafir bunuh ialah ) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka (orang kafir). Sesungguhnya orang-orang yang berselisi paham tentang ( pembunuhan ) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka (orang kafir) tidak mempunyai keyakinantentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti prasangka belaka, mereka (orang kafir) tidak ( pula ) yakin bahwa yang mereka(orang kafir) bunuh itu adalah ‘Isa.
Ket : Kalau kita meyakini Al Quran Wahyu / perkataan Allah disampaikan oleh Jibril , karena Allah Maha Tahu maka jelas makna dari isi Q.4:157 adalah bukan pendapat Allah yang mengatakan “di serupa kan dengan ‘Isa”, melainkan jelas pendapat tersebut sumbernya dari ucapan mereka / "bagi mereka" orang-orang yang kafir terhadap Isa nabi pembawa Injil (gambaran Yesus) di zaman itu !
Ucapan tersebut dilakukan karena mereka menghendaki supaya 0rang-orang di zaman itu terpengaruh menjadi kafir seperti mereka, hal tersebut sudah terlebih dahulu ditegaskan di Q.4:89.
Jika kita sudah teliti membacanya dari ayat
156 kemudian masih berlanjut dengan ayat 157, maka jelas tentang peristiwa penyaliban
dimasa lalu ayat Al Quran menerangkan kembali dengan
tegas bahwa: "mereka" tidak yakin yang dibunuh adalah
'Isa (ujung ayat 157), hal itu disebabkan “mereka”
dasarnya / awalnya sudah "kafir kepada Isa / nabi pembawa Injil
!" ( yang sudah jelas tertulis
diawal ayat 156).
Hal ini harus disimak dengan teliti!
Karena Quransurat 4:156-157 hanya menceritakan pendapat orang-orang tentang peristiwa penyaliban dimasa lalu, maka isi dari kedua ayat tersebut sangat lengkap makna yang terkandung di dalamnya, tetapi tersamar dalam penyampaian kalimatnya.
Karena Quran
Jadi sebenarnya mudah untuk menyimpulkan: Bahwa ayat tersebut (Q.4:156-157) membuktikan terjadinya penyangkalan akibat diawali adanya pengakuan dari mereka yang percaya!
Coba kita perhatikan kalimat-kalimat di ayat 157 :
Coba kita perhatikan kalimat-kalimat di ayat 157 :
Indikasi kalimat: mereka yang percaya:
“Sesungguhnya kami telah membunuh”.
Indikasi kalimat: mereka yang tidak percaya / kafir :
“Karen kekafiran mereka (terhadap isa),
“orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka”.
Ingat ! ayat 157 di surat 4, dengan tegas
pada kalimat pembuka / di awalnya sudah
mengisyaratkan :
“dan karena ucapan mereka”
Jadi semua isi dari ayat tersebut menyataka hasil
dari perkataan mereka orang-orang yang berselisih
dari perkataan mereka orang-orang yang berselisih
paham antara (minoritas) “mereka yang percaya”
berdebat dengan (mayoritas) “mereka yang kafir”
tentang peristiwa penyaliban yang sudah berlalu
600 tahun terhitung dari ayat tersebut diturunkan.
Jadi jelas karena peristiwa penyaliban
(kisah nyata kehidupan Yesus Kristus) sudah
terjadi 600 tahun yang lalu, maka isi dari ayat 157
sangat masuk akal karena isinya hanya menceritakan
pendapat "minoritas mereka yang percaya"
dan
"mayoritas mereka yang menyangkal".
Oleh karena itu pembaca harus “hati-hati”
dalam mengambil kesimpulan
terhadap isi
ayat 157, karena isi ayat tersebut
"bukan menyatakan nabi Isa tidak disalib!" dan juga
"bukan menyatakan nabi Isa telah disalib!"
Tetapi ayat tersebut berisi hanya perdebatan tentang penyaliban.
"bukan menyatakan nabi Isa telah disalib!"
Tetapi ayat tersebut berisi hanya perdebatan tentang penyaliban.
Kalaupun pembaca sudah mengetahui bahwa
"Isa" adalah figur dari "Yesus Kristus" dan
kemudian menyatakan pula nabi Isa tidak disalib
berarti pembaca ikut terpengaruh isi ayat tersebut
padahal ucapan "diserupai" hanya bagi orang Yahudi
yang kafir terhadap "Isa"
seperti yang tertulis di dalamnya (Q.4;157),
yang kafir terhadap "Isa"
seperti yang tertulis di dalamnya (Q.4;157),
akibatnya pembacapun menjadi ikut-ikutan
menyatakan "Yesus Kristus" tidak disalib
walaupun nama Yesus tidak terdapat di Al Quran.
menyatakan "Yesus Kristus" tidak disalib
walaupun nama Yesus tidak terdapat di Al Quran.
Dengan demikian orang tersebut
termasuk orang yang mendustakan
salah satu ayat Al Quran, karena isi ayat 4:157 hanya mengisahkan perdebatan mereka yang percaya vs yang kafir terhadap perstiwa penyaliban di masa lalu, pendustaan tersebut tersirat di Q.69:49
Kalaupun pembaca menyatakan "nabi Isa disalib"
hal itupun menjadi serba salah (karena ayat 157 isinya hanya gambaran pengakuan dari "mereka orang Yahudi yang percaya"/ bukan dari saksi hidup), sebab Al Quran bukan kisah nyata kehidupan nabi pembawa Injil !
Yang lebih tepat lagi bahwa Allah Maha Tahu
jadi kepada nama "yang Hak" yaitu kepada
nama Yesus Kristus yang sesungguhnya kisah
penyaliban hanya tertulis di Injil, karena peristiwa
tersebut sudah terjadi sebelum ada Al Quran.
Hal itulah yang membuat semua orang Mu'min sulit
untuk mengambil kesimpulan yang pasti
tentang "siapa yang disalib", kemudian yang menjadi akar
permasalahannya yaitu semua ayat-ayat yang
menyinggung nabi pembawa Injil
tertulis bukan memakai "nama asli" maka bersifat
samar-samar yang disebut "mutasyabihat" sehingga
sangat rawan bisa menimbulkan "fitnah" terhadap
peristiwa penyaliban Yesus Kristus yang telah terjadi
sebelum Al Quran diturunkan. (tersirat di Q.3:7).
untuk mengambil kesimpulan yang pasti
tentang "siapa yang disalib", kemudian yang menjadi akar
permasalahannya yaitu semua ayat-ayat yang
menyinggung nabi pembawa Injil
tertulis bukan memakai "nama asli" maka bersifat
samar-samar yang disebut "mutasyabihat" sehingga
sangat rawan bisa menimbulkan "fitnah" terhadap
peristiwa penyaliban Yesus Kristus yang telah terjadi
sebelum Al Quran diturunkan. (tersirat di Q.3:7).
Oleh karena itu masalah penyaliban menjadi sebuah
bagi semua orang yang hanya membaca Al Quran
saja tanpa dikaji sambil membaca Injil Kristus.Jadi supaya perdebatan tentang penyaliban tidak terjadi lagi, maka kita harus tahu secara hakiki "siapa Yesus Kristus di Injil?" dan "siapa Isa Almasih di Al Quran?".
Ket:
Walaupun kedua nama tersebut untuk satu tokoh yang sama karena masing-masing menyinggung tentang Injil, tetapi "Kharisma" dari masing-masing nama tersebut berbeda!
Oleh karena itu nama Isa bukanlah Yesus Kristus yang sesungguhnya, tetapi hanyalah figur / gambaran Yesus Kristus dari sudut pandang manusia biasa saja pada saat Dia berada di dunia / alam zhahir.
Dengan demikian bagi orang yang hanya membaca Al Quran saja maka sudah tertanam dalam benaknya secara permanen dengan pengertian bahwa "Isa nabi pembawa injil" hanya manusia biasa saja, sehingga yang bersangkutan memandang Yesus Kristus-pun "disaat ini" hanyalah manusia biasa saja.
Oleh karena itu yang bersangkutan sangat sulit untuk memahami siapa "Yesus Kristus yang sesungguhnya" disaat sekarang ini dan nanti !
Jadi jelas kalau
kita memandang Yesus di masa silam disaat berada di alam nyata dunia maka kita
hanya melihat dari sudut pandang manusia biasa saja.
Tetapi setelah Yesus Kristus bangkit dan meninggalkan pesan
ke-Illahian bahwa Dia nanti akan
datang kembali ke-dunia untuk mengumpulkan semua orang (seperti
yang diyakini umat Mu’min: “Isa akan datang di akhir zaman”), maka jelas bahwa Dia
adalah “Manusia Illahi” yang tidak lain kita sekarang disarankan untuk menyebutNya (tersirat di Q.34:26) Katakanlah:
“Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, ……… ”.
Karena penjelasan tentang penyaliban terbagi dalam 2 ayat /156-157 , sehingga sekarang ini orang yang membaca tidak teliti akan mudah terlena di ayat 157 !
Maka akibatnya menjadi keliru sehingga ikut menyangkal sejarah peristiwa penyaliban Yesus Kristus yang tertulis di Injil, 600 tahun sebelum ada AlQuran!
Ingat !
Disaat ayat tersebut diturunkan (Q4:156-157) hanya rasul Muhammad seorang diri saja yang pertama menerimanya, jadi dalam ayat tersebut tergambar bahwa yang kafir kepada "Isa" (nabi pembawa Injil) adalah orang-orang keturunan Yahudi yang asal usulnya kafir kepada Yesus Kristus, dan juga yang percaya kepada "Isa" yaitu orang-orang keturunan Yahudi yang asal usulnya percaya kepada Yesus Kristus.
Dengan demikian disaat itu belum ada kelompok Islam pemegang syariat karena belum terdapat kitab Hadits, tetapi dizaman itu yang ada kelompok Mu'min yaitu kelompok orang-orang yang berserah total kepada Allah dan masih "berpikiran netral" tidak berpihak kepada Nasrani dan tidak pula berpihak kepada Yahudi.
Oleh karena itu sejak awal dizaman itu ayat Al Quran yang menyinggung masalah penyaliban hanya bertujuan supaya dipahami oleh setiap pribadi orang yang "berpikiran netral" / "orang Mu'min", agar mengambil kesimpulan dari hasil "pengkajian" yang mana yang benar tentang peristiwa penyaliban dimasa silam yang memang sejak dahulu sudah diributkan oleh orang-orang Yahudi saja.
Karena semua adalah sejarah masa lampau maka Al Quran-pun menjelaskan bahwa sejarah peristiwa penyaliban masih juga diperselisihkan oleh orang-orang Yahudi saja, yaitu antara Yahudi yang percaya vs Yahudi yang kafir.
Itulah makna dari isi Al Quran yaitu memberi hak kebebasan memilih bagi setipa orang dari generasi ke generasi, sehingga terserah mau percaya yang mana untuk diyakini.
Dengan demikian sesungguhnya bagi orang yang berpikiran masih netral / orang Mu'min, masalah Isa (nabi pembawa Injil / figur Yesus) telah disalibkan ataupun tidak disalibkan hal itu tidak ada untungnya bagi yang bersangkutan karena tidak membaca Injil !
Oleh karena itu peristiwa penyaliban Yesus Kristus di Injil mengapa harus diperdebatkan?
Jadi sampai saat ini kalau masih ada orang memperdebatkan masalah penyaliban setelah membaca Al Quran, maka isi pikiran orang tersebut bisa diterka:
Apakah orang tersebut termasuk mendukung / pro terhadap ucapan Yahudi " yang percaya terhadap Yesus / Isa" atau orang tersebut termasuk mendukung / pro kepada ucapan Yahudi "yang kafir kepada Yesus / Isa".
Jadi apakah sekarang anda termasuk orang yang mendukung asal usul keturunan Yahudi yang kafir kepada Yesus?
Oleh karena itu para pembaca Al Quran sudah diingatkan bahwa Al Quran nanti menjadi penyesalan bagi orang kafir di akhirat ! Tersirat di Q.69:50.
Q.69:50, yaitu; Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat)
Sekarang timbul pertanyaan makna dari ayat tersebut:
Siapa yang tergolong kafir yang menyesali Al Quran di akhirat nanti ?
Jawabnya: Karena "Allah Maha Adil", maka tidak akan mungkin orang-orang yang tidak tahu menahu tentang Al Quran menyesalinya !
Jadi hanya semua orang Mu'min / Islam saja yang menyesali Al Quran karena kitab mereka.
Hal itu tidak diherankan karena sejak awal para pengikut Muhammad telah meremehkan Al Quran, seperti sudah tertulis di Q.25:30.
Q.25:30, yaitu;
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini suatu yang tidak diacuhkan".
Sekalipun orang Mu'min/Islam setelah membaca Al Quran surat 69:50, tetap menyatakan bukan orang Mu'min / Islam yang menyesali Al Quran, berarti orang yang bersangkutan telah "mendustakan" ayat-ayat Al Quran yang isinya menyatakan bahwa "Allah Maha Adil !"
Karena semua adalah sejarah masa lampau maka Al Quran-pun menjelaskan bahwa sejarah peristiwa penyaliban masih juga diperselisihkan oleh orang-orang Yahudi saja, yaitu antara Yahudi yang percaya vs Yahudi yang kafir.
Itulah makna dari isi Al Quran yaitu memberi hak kebebasan memilih bagi setipa orang dari generasi ke generasi, sehingga terserah mau percaya yang mana untuk diyakini.
Dengan demikian sesungguhnya bagi orang yang berpikiran masih netral / orang Mu'min, masalah Isa (nabi pembawa Injil / figur Yesus) telah disalibkan ataupun tidak disalibkan hal itu tidak ada untungnya bagi yang bersangkutan karena tidak membaca Injil !
Oleh karena itu peristiwa penyaliban Yesus Kristus di Injil mengapa harus diperdebatkan?
Jadi sampai saat ini kalau masih ada orang memperdebatkan masalah penyaliban setelah membaca Al Quran, maka isi pikiran orang tersebut bisa diterka:
Apakah orang tersebut termasuk mendukung / pro terhadap ucapan Yahudi " yang percaya terhadap Yesus / Isa" atau orang tersebut termasuk mendukung / pro kepada ucapan Yahudi "yang kafir kepada Yesus / Isa".
Jadi apakah sekarang anda termasuk orang yang mendukung asal usul keturunan Yahudi yang kafir kepada Yesus?
Oleh karena itu para pembaca Al Quran sudah diingatkan bahwa Al Quran nanti menjadi penyesalan bagi orang kafir di akhirat ! Tersirat di Q.69:50.
Q.69:50, yaitu; Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat)
Sekarang timbul pertanyaan makna dari ayat tersebut:
Siapa yang tergolong kafir yang menyesali Al Quran di akhirat nanti ?
Jawabnya: Karena "Allah Maha Adil", maka tidak akan mungkin orang-orang yang tidak tahu menahu tentang Al Quran menyesalinya !
Jadi hanya semua orang Mu'min / Islam saja yang menyesali Al Quran karena kitab mereka.
Hal itu tidak diherankan karena sejak awal para pengikut Muhammad telah meremehkan Al Quran, seperti sudah tertulis di Q.25:30.
Q.25:30, yaitu;
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini suatu yang tidak diacuhkan".
Sekalipun orang Mu'min/Islam setelah membaca Al Quran surat 69:50, tetap menyatakan bukan orang Mu'min / Islam yang menyesali Al Quran, berarti orang yang bersangkutan telah "mendustakan" ayat-ayat Al Quran yang isinya menyatakan bahwa "Allah Maha Adil !"
Tulisan ini bertujuan:
Supaya umat Kristen
jangan merasa terusik
jangan merasa terusik
dengan adanya ayat dalam Al Quran yang
menyinggung peristiwa penyaliban
terhadap sosok nabi pembawa Injil.
Dan umat Mu’min / Islam
jangan mengusik
jangan mengusik
tentang peristiwa penyaliban
Yesus Kristus
Yesus Kristus
yang tertulis di dalam Injil,
dan sudah terjadi 600 tahun
dan sudah terjadi 600 tahun
sebelum Al Quran diturunkan.
Karena jelas: Ayat 4:156-157 isinya
membuktikan
bahwa peristiwa penyaliban terhadap sosok
nabi
yang berhubungan dengan “Injil” masih juga
dipertentangkan / diperdebatkan
oleh mereka yang
percaya vs yang menyangkal!
Hal ini yang harus disadari !
Jadi jelas Al
Quran tidak bertentangan dengan Injil
dalam
hal penyaliban yang telah terjadi dimasa lalu.
Dimana kitab Injil merupakan
kisah nyata tentang peristiwa penyaliban
Yesus Kristus (yaitu nama asli tokoh yang disalib)
dan kitab Al Quran (Q.4:157) isinya menjelaskan
bahwa:
Yesus Kristus (yaitu nama asli tokoh yang disalib)
dan kitab Al Quran (Q.4:157) isinya menjelaskan
bahwa:
kisah nyata tentang peristiwa penyaliban terhadap
"tokoh asli" nabi pembawa Injil yang
"tokoh asli" nabi pembawa Injil yang
sudah terjadi 600 tahun yang lalu masih diperdebatkan
antara "mereka yang percaya dan disangkal
oleh mereka yang kafir"
terhadap tokoh asli yang disalib !
oleh mereka yang kafir"
terhadap tokoh asli yang disalib !
Jadi kalau sekarang peristiwa penyaliban Yesus Kristus
masih juga disangkal oleh sebagian orang mu'min,
penyebabnya adalah hanya pikiran pribadi yang
bersangkutan, karena sudah di dasari adanya unsur yaitu:
bersangkutan, karena sudah di dasari adanya unsur yaitu:
antipati atau penolakan bahkan
ada rasa kebencian tanpa ada sebabnya
ada rasa kebencian tanpa ada sebabnya
terhadap nama asli tokoh yang disalib,
yaitu nama: Yesus Kristus.
Sehingga tanpa sadar maupun sadar menjadi ikut-ikutan
tidak mau
mengakui bahwa Yesus Kristus telah disalib !
Harus di pahami!
Ket:
Suku kata “Mereka” dalam ayat tersebut (Q.4:157) menggambarkan orang-orang di zaman itu adalah (minoritas) keturuna yahudi yang percaya dan ada pula (mayoritas) yang menyangkal/kafir.
Suku kata “Mereka” dalam ayat tersebut (Q.4:157) menggambarkan orang-orang di zaman itu adalah (minoritas) keturuna yahudi yang percaya dan ada pula (mayoritas) yang menyangkal/kafir.
Sedangkan mereka yang percaya adalah mayoritas dari keturunan (saksi hidup) yahudi yang berasal dari Nazaret, sehingga disebut kaum “Nasrani”
Jadi sebutan “Nasrani”: untuk kaum yang percaya Yesus “Kristus” dijazira arab di zaman itu yang menyangkut dengan nama daerah "Nazaret".
(Kaum "Nasrani" pertama dikenal sebagai penentang adat istiadat Yahudi dimasa itu)
Mengapa sekarang kaum Nasrani siapaun orangnya di seluruh dunia disebut “Kristen” apapun kelompoknya?
Sebab mereka adalah orang-orang "pengikut" ajaran Yesus “Kristus” sehingga disebut “Kristen” apapun kelompoknya.
Hal itupun sudah di jelaskan secara tersamar dalam Al Quran, Q. 3:55 yaitu “pengikut Isa” (nabi pembawa Injil), jadi tidak lain adalah pengikut ajaran “Kristus”
hingga hari kiamat.
Itulah sebabnya dalam ayat tersebut (Q.3:55) tidak menggunakan lagi suku kata: "Nasrani"!
Tetapi menggunakan kata: "pengikut Isa"!
Dengan demikian sejak ayat tersebut (Q.3:55) diturunkan, maka tidak layak lagi kalau sekarang orang "Kristen" masih disebut "Nasrani", karena mereka bukan keturunan dari "Nazaret".
Oleh karena itu sebutan "Nasrani" hanya untuk di wilayah jazira arab dizaman itu saja!
Jadi tidak diherankan kalau sampai hari ini hampir semua orang Mu'min / Islam masih ada yang menyebut kaum Kristen adalah "Nasrani", sebab mereka tidak pernah membaca Injil sehingga tidak tahu asal usul dari sebutan suku kata: "Nasrani"!
Q.3:55
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai 'Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan
orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir
hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu,
lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih
padanya".
Ringkasan
/ kesimpulan tentang kisah penyaliban di Al Quran.
Jadi sungguh
jelas isi Al Quran surat 4 ayat 157 dan 156, dalam
ayat tersebut hanya ada dua kubu keturunan Yahudi yang percaya dan yang kafir, sedangkan
pembaca (kaum Mu’min) diluar kubu tersebut sehingga jelas pada posisi netral !
"karena
ucapan mereka", jadi mereka
dalam ayat tersebut hanya orang-orang Yahudi yang
berselisih paham yaitu antara keturunan Yahudi yang percaya dengan Yahudi
juga yang tidak percaya Isa / Yesus telah disalib / disebut kafir, (di jazirah Arab dizaman Al Quran diturunkan) .
Oleh karena
itu tergantung pembaca Al Quran untuk memilih salah satu dari ucapan mereka ! Apakah mau ikut ucapan mereka Yahudi yang percaya penyaliban 600
tahun sebelum ada Al Quran (mereka Yahudi yang percaya penyaliban berkata : "sesungguhnya kami telah membunuh"), atau
mau ikut ucapan mereka Yahudi yang tidak percaya (mereka Yahudi
yang tidak percaya / kafir terhadap penyaliban masa lalu berkata: "diserupai”).
Dengan
demikian terserah pembaca yang menyimak ayat tersebut, sebab dari awalnya
sebelum Al Quran diturunkan bahwa yang meributkan tentang peristiwa penyaliban adalah mereka
orang-orang keturunan Yahudi saja
(oleh karena itu kalimat awal "karena ucapan mereka"),
jadi untuk apa kita ikut-ikutan mereka!
orang-orang keturunan Yahudi saja
(oleh karena itu kalimat awal "karena ucapan mereka"),
jadi untuk apa kita ikut-ikutan mereka!
Kalau kita
ikut mengatakan: "tidak disalib" artinya
kita mendukung Yahudi yang kafir (menyangkal Yesus Kristus telah disalib),
dan kalau kita mengatakan: "disalib" berarti kita mendukung keturunan saksi hidup Yahudi yang berasal dari daerah nazaret (tempat awal masa kehidupan Yesus Kristus) yaitu orang-orang yang disebut Nasrani dizaman itu atau sekarang disebut kaum Kristen apapun kelompoknya.
dan kalau kita mengatakan: "disalib" berarti kita mendukung keturunan saksi hidup Yahudi yang berasal dari daerah nazaret (tempat awal masa kehidupan Yesus Kristus) yaitu orang-orang yang disebut Nasrani dizaman itu atau sekarang disebut kaum Kristen apapun kelompoknya.
Jadi mulai dizaman itu (600 tahun setelah zaman/era Yesus Kristus) kitab
Al Quran merupakan kitab
yang hak dari Allah untuk diberikan hak
kebebasan kepada umat manusia yang berserah diri kepada Allah (orang Mu’min) yaitu orang-orang yang berpikiran “netral” /
tidak berpihak kepada Yahudi kafir ataupun kaum
Nasrani, untuk memilih mana yang benar
diantara keduanya ?
Oleh karena
itu apapun hasil pilihan pribadi para pembaca Al
Quran akan "sempurna" karena tanpa paksaan !
Dengan
demikian kitab Al Quran adalah kitab yang “sempurna” untuk menghasilkan pendapat setiap
pembaca yang mengkajinya, baik itu percaya ataupun ikut menyangkal !
Ingat sekarang terserah anda setelah membaca Al Quran mau mengikuti
yang mana?
Jadi ayat tersebut (Q.4.156-157) diturunkan
bertujuan "memberikan peringatan"
kepada semua pengikut Rasul Muhammad
(dari mulai pengikut yang pertama hingga hari ini)
supaya jangan sampai tertipu oleh
" karena ucapan mereka" yang kafir terhadap Isa /nabi pembawa Injil / dengan kata lain kafir kepada "Dia, Yesus Kristus" !
Satu
hal yang tidak diperhatikan oleh hampir semua orang.
Disaat Yesus Kristus diatas
palang salib maka Ia berseru:
“Eli,
Eli, lama sabakhtani ?”
Artinya:
AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?
Seruan
tersebut bukan sekedar asal seruan tetapi mengandung makna “isyarat” yang harus dipahami oleh saksi
hidup pada peristiwa penyaliban dizaman itu, dan kitapun yang membaca kisahNya sekarang agar berpikir dengan kesimpulan:
disaat Yesus
Kristus disalib ragaNya tetap berada di tiang salib sedangkan yang
ditinggal kan oleh Allah adalah “RohNya”.
Jadi
jelas bahwa Yesus sebelum disalibkan, sewaktu masih hidup “sebagai manusia” bahwa Roh Allah/ RohulKudus telah
bersemayam di dalam diriNya!
Oleh karena itu perkataan yang keluar dari mulut Yesus Kristus adalah suara Allah.
Contoh:
Sampai hari ini apabila seorang manusia kerasukan “roh syaitan” maka
segala perkataan yang keluar dari mulut orang tersebut adalah suara syaitan / kalimat
yang keluar dari orang kerasukan “roh syaitan” adalah kemauan syaitan.
Dengan demikian jelas pada
saat Yesus Kristus hidup di dunia sebagai manusia karena “Roh Allah”
mendominasi diriNya, sehingga
segala “kalimat” / “sabda” yang
diucapkan dalam khotbahNya adalah “Suara Allah / kalimat-kalimat Allah!”.
Oleh karena itu seruanNya merupakan “Isyarat”
bahwa diriNya adalah:
“Manusia
Illahi / Ilaahin naas” (tersamar di Q.114:3)
Hal itulah
yang harus dipahami oleh semua manusia di bumi !
Jadi tidak heran kalau Kitab Injil hanya satu yaitu "Injil Kristus" yang merupakan “Firman Allah”.
Sebab isinya adalah kumpulan sabda Yesus Kristus, karena “Dia”
merupakan corong suara Allah, jadi yang dicatat oleh para murid-muridNya
adalah kalimat yang keluar
dari “mulut” Yesus
Kristus padasaat Dia
masih berada di bumi sebagai manusia.
Dengan demikina hal itu membuktikan nubuat yang tertulis di kitab Ulangan
18:18
Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa semua orang kristen yang sering membaca
Injil dan menghayatinya maka orang tersebut tergolong
“Kaya Akan FIRman”.
Oleh karena itu Al Quran
menegaskan kembali secara tersamar, siapa sesungguhnya manusia Yesus Kristus itu yang terlebih dahulu tertulis di
Injil ! (Tersirat di dalam Al Quran Q.4:171, bahwa Isa adalah “kalimat-Nya dan roh
daripada-Nya”).
Maka disimpulkan
bahwa Isa yang tertulis di Al Quran adalah figur dari Yesus Kristus diwaktu sebagai manusia dengan sebutan “nabi pembawa Injil”, karena segala perkataan yang keluar dari mulutnya mengandung kabar baik (yang disebut “Injil”).
Jadi jangan salah sangka yaitu: Bukannya kitab
Injil yang dibawa-bawa oleh Isa / Yesus!
Jadi “seruan dari mulut Yesus
Kristus”
pada peristiwa penyaliban sangat penting
untuk membuktikan kebenaran:
- Kebenaran
bahwa Yesus Kristus manusia Illahi (Illaahin naas).
Sehingga jelas bahwa perkataan yang
keluar dari mulut
Yesus Kristus adalah
Firmann Allah / Kalimat Allah karena diriNya
adalah Roh
Allah!
- Kebenaran
bahwa “Injil Kristus” merupakan firman Allah.
- Kebenaran tentang nubuat yang tertulis di Ulangan 18:18, akan kehadiran
sosok “Anak
Manusia” yang bernama
Yesus Kristus.
Ulangan 18:18 yaitu; seorang nabi akan Kubangkitkan
bagi mereka dari
antara
saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firmanKu
dalam mulutnya, …
.
.©2007 siapa yang disalib.
Terima kasih atas kesempatan anda membaca tulisan ini.
Tulisan ini kami sajikan bukan untuk bahan perdebatan !
Akan tetapi sebagai bahan pemikiran yang berdasarkan kenyataan.
Sebab, memang kenyataan itu lah yang ada dalam Kitab Anda masing-masing.
Ref: Al
Quran Dept Agama RI 1982 & Injil (LAI 1971).
Penulis
SP62